Jumat, 28 Februari 2014

Asia Tenggara (MYANMAR/BURMA)



BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Myanmar merupakan negara dikawasan Asia Tenggara, tepatnya di sebelah Barat berbatasan dengan Bangladesh, India, dan Teluk Benggala; di sebelah Timur berbatasan dengan Laos, Thailand, dan Cina; di sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Andaman, dan sebelah Utara berbatasan dengan Cina..Penduduk Myanmar merupakan keturunan dari ras Mongol, selebihnya adalah keturunan dari India dan Pakistan. Hampir 75% dari mereka bekerja di sektor pertanian dan banyak yang tinggal di desa. Myanmar merupakan negara jajahan Inggris.

Tahun 1635 Belanda telah mendirikan vektory dagang di Syiriam dan mulai mengadakan monopoli dagang di daerah tersebut. Belanda dipandang berhasil dalam mencari keuntungan di Burma, maka Inggris mengikuti jejak Belanda dengan mendirikan Victory dagang di Syiriam (1647) yaitu EEIC. Namun, karena Inggris tidak mampu bersaing dengan Belanda, maka usaha dagang tersebut tahun 1657 ditutup. Sementara itu, di Burma sendiri banyak terjadi kekacauan baik masalah perebutan kekuasaan, terjadinya pemberontakan bangsa Mon maupun perlawanan terhadap kedatangan orang-orang asing seperti Belanda dan Inggris ke Burma. Bersamaan dengan kedatangan orang-orang Barat tersebut, di Burma terjadi perebutan kekuasaan, muncul pemimpin baru dari dinasti Kenbaung bernama Aungzeya, setelah berhasil memukul mundur bangsa Mon.
            Pihak Inggris juga bermaksud ingin meluaskan usaha dagangnya dari India ke Pegu. Oleh karena itulah ketika Alaungpaya minta bantuan Inggris untuk menghadapi bangsa Mon di Syriam dan Inggris bersedia membantu. Alaungpaya terkenal sebagai pemimpin besar Burma yang berhasil menyatukan seluruh Burma kedalam kekuasaannya dengan membantu angkatan perang Burma yang kuat dan ditakuti oleh negara-negara tetangga. Dengan bantuan Inggris pulalah kerajaan Ayut’ia di Ayut’ia tahun 1760 dapat ditakhlukkan. Namun para penggantinya tidak bisa melanjutkan cita-cita ayahnya, sehingga hubungan dengan Inggris (EEIC) dengan Burma menjadi renggang bahkan terhenti untuk beberapa tahun. Pengganti-pengganti Alaungpaya terutama Hsinbyushin (1763-1776) berhasil memperkuat kedudukannya dan tidak suka diperalat Inggris. Bahkan raja-raja berikutnya seperti Badawpaya (1782-1819). Beliau mengadakan perlawanan terhadap Inggris di India. Hal ini oleh Inggris dipandang sebagai ancaman, karena itu kekuatan Burma harus di hancurkan keadaan demikian itulah yang mendorong timbulnya konflik dan peperangan antara Inggris dengan Burma yang terjadi sampai tiga kali, yaitu Perang Burma-Inggris I (1824-1826); Perang Burma-Inggris II (1852-1853); Perang Burma-Inggris III (1885).
2.1 Rumusan Masalah
1. Bagimanakah Awal Kedatangan Bangsa Eropa Di Burma ?
2. Bagaimanakah Imperialisme Inggris Di Burma ?
3. Bagaimanakah  Munculnya Nasionalisme Di Burma ?

2.2  Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Awal Kedatangan Bangsa Eropa Di Burma
2. Mengetahui Imperialisme Inggris Di Burma          
3. Mengetahui Nasionalisme dan Lngkah-langkah Kemerdekaan Burma
           






















BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Awal Kedatangan Eropa Di Burma
Inggris mendapat kesempatan baik untuk menanamkan kedudukannya di Burma ketika mendapatkan izin dari raja Alaungpaya mengangkat dirinya sebagai raja di Ava padd tahun 1753-1760. Inggris mendapatkan tempat tinggal di Nacrais dan Bassein. Dengan bantuan Inggris Alaungpaya berhasil menguasai seluruh Burma. Tujuan Inggris membantu Alaungpaya waktu itu adalah untuk mengkonsolidir Burma sebagai rintangan terhadap ekspansi Perancis dari Indo Cina ke barat. Tetapi raja-raja Burma pengganti Alaungpaya makin kuat kedudukannya dan tidak diperalat Inggris. Bahkan mereka menyerbu Inda meraks besar Inggris. Selain Inggris bangsa Eropa yang datang ke Burma adalah Portugis, Italia dan Belanda.
Dari Malaka Portugis, mengirimkan dutanya ke Myanmar dan Siam. Kemudian dari Myanmar juga ia mengirimkan Angkatan Bersenjata ke Maluku di bawah Antonio d”Abreu (1512). Sebetulnya Portugis telah mendapatkan hubungan dagang yang menguntungkan dengan Ternate, Tidore, dan Halmahera. Mereka melaksanakan politik MONOPOLI PERDAGANGAN, sehigga timbul perlawanan dari penguasa setempat. Tahun 1522 portugis mencoba berhubungan dengan ratu Padjajaran melalui pelabuhan Sunda kelapa untuk membendung kekuasaan Islam. Upaya tersebut dialihkan ke Blambangan, akan tetapi mengalami kegagalan. Karena kesombongan Portugis sendiri, penyebaran agama Katolik yang dipimpin oleh Franciscus Xaverius, mengalami kegagalan. Perselisihan antara Portugis dan Ternate menyebabkan timbulnya perangantara keduanya pada tahun 1570-1575. pada akhir abad ke-16 tercatat ada seorang tokoh pengeliling dunia dari Inggris bernama Francis Drake. Ia berhubungan dengan Sultan Baabulah yang memberikan peluang kepada Inggris untuk mengadakan hubungan baik dengan Ternate. Tetapi pemerintahan Inggris di London belum menunjukkan adanya perhatian untuk menjalin kerjasama dengan Ternate. Hamper di seluruh Asia tenggara, Portugis terlibat peperangan dengan penguasa setempat. Dengan Myanmar dan Arakan pernah terjadi perebutan kekuasaan. Pada abad XVI, seorang Portugis Goncalves Tipao , menyatakan dirinya raja di pulau Sanwich, sebelah timur Gangga, tempat berlangsungnya para perompak Portugis. Keganasan mereka sampai penguasa Benggala, Sayista Khan, menghancurkan serangan perompak tersebut.
Saat pemerintahan Binnyaran (1426-1446) untuk pertama kalinya tahun 1435 burma kedatangan bangsa eropa, yaitu Nicolo de Conti dari venesia, italia. Ia berkunjung ke Burma untuk mengadakan hubungan daganag dan tinggal di pegu selama empat bulan. Pada masa pemerintahan binnyaran ii (1492-1526) dating lagi dua orang penyelidik perniagaan dari italia yaitu Hieronomo de’Santo Stevand pada tahun 1496 dan yaitu Ludovico di Varthema yang menulis tentang kebaikan raja dan keindahan ibukotanya serta menceritakan melimpahnya binatang gajah. Ia juga membuat daftar barang-barang seperti sirlak, kayu cendana, kapas, sutera dan permata merah sebagai komoditi perdagangan mewah. Pada tahun 1512 Ruy Runes d’Acunha (pembantu Alfonso de’Albuquerque) dari por tugis juga mengunjungi Martaban dan tahun 1519 secara resmi mulai mengadakan hubungan dagang dengan Burma.
Selain itu juga terdapat pada tahun 1635 bangsa Belanda mampu mendirikan vektory dagang di Syiriam dan mulai mengadakan monopoli dagang di daerah tersebut. Belanda dipandang berhasil dalam mencari keuntungan di Burma. Hal ini menyebabkan bangsa eropa lain seperti Inggris ingin juga memperoleh keuntungan dengan cara mendatangi Burma dan membentuk kongsi dagang juga yaitu EIC.

2.2 Imperialisme Inggris di Burma
            Perebutan kekuasaan perdagangan rempah-rempah antara Belanda dan Inggris di awali sejak permulaan abad ke 15 , Inggris meskipun jauh lebih rendah dalam kekuatan,telah mengikuti Belanda mengelilingi nusantara,membututi mereka seperti “kutu kuda”. Ekspansi Belanda ke timur merupakan masalah besar dalam perang 80 tahun untuk kemerdekaannya dan dilaksanakan dengan alasan politik dan strategi daripada ekonomi. Persaingan itu semakin terlihat antara Inggris dan Belanda ketika mereka sudah sampai di Burma. Pada saat itu di Burma terjadi perebutan kekuasaan, muncul pemimpin baru dari dinasti Kenbaung bernama Aungzeya, setelah berhasil memukul mundur bangsa Mon. Alaungpaya minta bantuan Inggris untuk menghadapi bangsa Mon di Syriam dan Inggris bersedia membantu. Pada waktu itu Inggris sedang berupaya meluaskan usaha dagangnya dari India ke Pegu. Dengan bantuan Inggris pulalah kerajaan Ayut’ia di Ayut’ia tahun 1760 dapat ditaklukkan.
Pada tahun 1635 bangsa Belanda mampu mendirikan vektory dagang di Syiriam dan mulai mengadakan monopoli dagang di daerah tersebut. Belanda dipandang berhasil dalam mencari keuntungan di Burma. Bangsa Inggris bermaksud mengikuti jejak dari Belanda dengan mendirikan Victory dagang di Syiriam (1647) yaitu EIC. Akan tetapi Inggris tidak mampu menyaingi Belanda, sehingga pada pada tahun 1657 usaha dagang yang dibuat oleh Inggis ditutup.
Dengan adanya usaha dagang Inggris atau EIC hubungan antara Inggris dengan penerus kerajaan Ayuttia menjadi renggang bahkan terhenti untuk beberapa tahun. Pengganti-pengganti Alaungpaya terutama Hsinbyushin (1763-1776) berhasil memperkuat kedudukannya dan tidak suka diperalat Inggris. Bahkan raja-raja berikutnya seperti Badawpaya (1782-1819). Beliau mengadakan perlawanan terhadap Inggris di India. Hal ini oleh Inggris dipandang sebagai ancaman, karena itu kekuatan Burma harus di hancurkan keadaan demikian itulah yang mendorong timbulnya konflik dan peperangan antara Inggris dengan Burma yang terjadi sampai tiga kali, yaitu Perang Burma-Inggris I (1824-1826); Perang Burma-Inggris II (1852-1853); Perang Burma-Inggris III (1885).
 Akibat pecahnya Burma – Inggris Perang Inggris – Burma I (1823-1826). Raja Bagyidaw (1819-1837) menyerang dan Bengal, Manipur dan Assam (1823). Burma kalah, akibatnya: Burma membayar ganti rugi perang, Arakan dan tenaserim diambil Inggris dan Ava ditempatkan residen Inggriss untuk mengawasi kepentingannya (isi perjanjian yandabo 24 Februari 1826). Isi perjanjiannya yaitu :
1. Penyerangan Arakan, Tenasserim dan Manipur secara resmi kepada Inggris.
2. Burma harus membayar pampasan perang sebesar satu juta poundsterling   kepada Inggris.
3. Burma harus berjanji mencegah intervensi di negeri-negeri diperbatasan timur laut British India.
4.  Burma harus menerima residen Inggris di Amapura.
5.  Burma harus mengangkat duta di Calcuta.
6.  Harus segera diadakan perundingan untuk mengatur hubungan-hubungan komersial atau dagang.
 Perang Burma II (1852-1853) tanpa perjanjian resmi. Tetapi setelah Burma kalah raja Kagan Min turun tahta dan digantikan oleh Mindon Min (1853-1878) jenderal Godwin menduduki Ranggooan dan Pegu. Ibu kota dipindahkan ke Mandalay (1857). Inggris menguasai sungai Irawady. Perang burma Inggris III (1885). Raja Thibaw (1878-1885) berhubungan dengan Perancis di Indo Cina untuk menentang Inggris dibawah jenderal Prendergast menghancurkan perlawanan Thibaw dan menduduki Mandalay dan mengasingkan Thibaw ke India. Kerajaan Burma berakhir dan dimasukan ke jajahan Inggris dengan India. Pada masa pemerintahannya timbul kerusuhan anti Inggris, terjadi beberapa peristiwa yang antara lain :
1. Pengusiran orang-orang Inggris dari Mandalay.
2. Browne (Residen Inggris) di Mandalay pada bulan Agustus 1879 kembali ke Britis Burma dan menyerahkan tugasnya kepada pembantunya, yaitu Mr St. Barbe.
3.  Bulan September 1897 Sir Luis Cavagnari (Residen Inggris di Kabul) mati terbunuh oleh bangsa Afgan. Sedangkan Inggris khawatir kalau peristiwa ini diikuti oleh Thibaw, sehingga Inggris segera menarik Barbe dan stafnya dari Mandalay.
Karena itulah Inggris cepat-cepat bertindak tegas dengan mengirimkan tentara dari India ke Burma untuk menjaga kemungkinan serangan dari Thibaw. Sementara itu Thibaw mengadakan perjanjian dengan Perancis untuk minta bantuan peralatan militer dan persenjataan setelah keadaan stabil kembali, sesuai dengan perjanjian Burma-Perancis yang telah dilakukan sebelumnya. Namun karena Inggris menentang perjanjian tersebut, maka Perancis terpaksa membatalkan perjanjian yang telah disepakati antara Perancis dengan Burma. Atas dasar tindakan Inggris yang menggagalkan perjanjian antara Perancis-Burma itulah maka Thibaw mengadakan serangan terhadap usaha dagang Inggris di Burma. Akibatnya terjadilah peperangan antara Inggris Burma. Operasi Inggris yang dipimpin oleh Prendergast berhasil menguasai sungai Irawadi dan Mandalay, tahun 1885 (perang Burma-Inggris III). Thibaw menyerah kemudian disingkirkan ke India. Inggris segera membentuk pemerintahan baru (sementara) atas Burma dibawah kekuasaan Concil of State. Pemerintahan baru itu terdiri dari tiga belas orang dibawah pimpinan Panglima Tertinggi Pendudukan, yaitu Prendergast. Kemudian pada tahun 1886 Burma disatukan dengan British India yang berstatus sebagai propinsi. Sejak itulah Burma kehilangan kemerdekaannya dibawah jajahan Inggris sampai 1942. Dengan kalahnya Burma maka Burma memasuki babak baru sebagai jajahan Inggris.
2.3 Munculnya Nasionalisme di Burma
            Perkembangan nasionalisme Burma mulai kelihatan setelah Perang Dunia I, terutama setelah Inggris memisahkan Burma dari konstitusi India (Inggris). PD I  cukup  menggoncangkan Burma  dan  segera  mendorong  lahirnya  kesadaran politik yang lebih nasionalistis. Karena  berhasil mempengaruhi  publik, maka  kaum  nasionalis memperoleh kemenangan  setelah  diadakan  pemungutan  suara.  Untuk  membalas  sikap  kaum nasionalis  itu,  Inggris melaksanakan memorandum untuk memilih pemisahan atau tetap  bersatu dengan  India.  Setelah  kaum nasionalis  gagal membujuk  Inggris  agar menyetujui  dimasukkannya  Myanmar  untuk  sementara  di  dalam  federasi  India dengan hak mengundurkan diri, akhirnya menyetujui pemisahan (1935).
Pada  tahun  1935  lahir  organisasi  Dobama  Asiayone  (Kami  Masyarakat Burma). Gerakan ini diilhami paham sosialis dan ajaran komunis, serta terpengaruh modernisasi  Jepang. Karena para anggotanya saling menyebut  thakin  (tuan), maka partai itu juga disebut partai Thakin. Tujuan penyebutan itu adalah agar Inggris juga menyebut  thakin  kepada  para  anggota  partai  itu, misalnya  Thakin Nu,  Thakin U Aung San, dan  lain-lain. Dengan demikian secara  tidak  langsung  Inggris mengakui kedudukan  yang  sama  dengan  orang-orang  Myanmar.  Partai  Thakin  bersifat revolusioner,  tuntutannya  bersifat  radikal  karena  mereka menuntut  kemerdekaan penuh  bagi  Myanmar.  Untuk  mencapai  tujuannya  itu,  partai  Thakin  bersedia menerima bantuan dari manapun datangnya.
Adapun  taktik  perjuangannya  adalah  menghidupkan  kembali  perhatian rakyat  terhadap  rasa  nasionalisme  dengan  cara  mengorganisir  petani,  buruh  dan gerakan  pemuda.  Setelah  tahun  1937  (setelah Burma  mendapat  otonomi  yang lebih  luas), maka agitasi mereka  semakin meningkat dan pada  tahun 1938 gerakan mereka  menjadi  penyebab  meningkatnya  gangguan  menentang  Inggris  sehingga secara  tidak  langsung menjatuhkan Kabinet Ba Maw, yakni pemerintahan pertama yang dibentuk berdasarkan UUD baru. Pada saat itu perkembangan nasionalisme Burma berada di simpang jalan antara  kelompok  nasionalis  moderat  yang  berkuasa  dengan  kelompok  nasionalis radikal  yang  mencoba  mencari  dukungan  rakyat  guna  merebut  kepemimpinan pergerakan dari tangan politisi yang lebih tua. Akhirnya generasi muda pimpinan U Aung San berhasil merebut kepemimpinan pergerakan di Burma.
Pada saat meletusnya perang dunia ke II. Beberapa nasionalis Burma melihat pecahnya Perang Dunia II sebagai sebuah kesempatan untuk memeras konsesi dari Inggris di pertukaran atas dukungan dalam upaya perang. Other Burmese, such as the Thakin movement, opposed Burma's participation in the war under any circumstances. co-founded the (CPB) with other Thakins in August 1939. [ 16 ] Marxist literature as well as tracts from the movement in had been widely circulated and read among political activists. Burma lainnya, seperti gerakan thakin, menentang partisipasi Burma dalam perang dalam kondisi apapun. Aung San bersama-sama mendirikan Partai Komunis Burma (CPB) dengan Thakins lainnya pada bulan Agustus 1939. Marxis literatur serta traktat dari Sinn Fein gerakan di Irlandia telah banyak beredar dan membaca di kalangan aktivis politik. Aung San also co-founded the People's Revolutionary Party (PRP), renamed the Socialist Party after the . Aung San juga bersama-sama mendirikan Partai Revolusioner Rakyat (PRP), berganti nama menjadi Sosialis Partai setelah Perang Dunia II. He was also instrumental in founding the Bama htwet yat gaing (Freedom Bloc) by forging an alliance of the Dobama, ABSU, politically active monks and 's Sinyètha (Poor Man's) Party. [ 16 ] After the Dobama organization called for a national uprising, an arrest warrant was issued for many of the organization's leaders including Aung San, who escaped to China.Dia juga berperan dalam mendirikan htwet yat Bama gaing (Kebebasan Blok) dengan menempa aliansi dari Dobama, ABSU, politik biarawan aktif dan Ba Maw 's Sinyètha (Poor Man's) Partai. Setelah organisasi Dobama menyerukan pemberontakan nasional, surat perintah penangkapan dikeluarkan bagi banyak pemimpin organisasi termasuk Aung San, yang melarikan diri ke China. Aung San's intention was to make contact with the Chinese Communists but he was detected by the authorities who offered him support by forming a secret intelligence unit called the Minami Kikan headed by Colonel Suzuki with the objective of closing the and supporting a national uprising. San's niat Aung adalah untuk membuat kontak dengan Komunis China tapi dia terdeteksi oleh Jepang otoritas yang menawarkan dukungan dengan membentuk unit intelijen rahasia disebut Kikan Minami dipimpin oleh Kolonel Suzuki dengan tujuan penutupan Jalan Burma dan mendukung pemberontakan nasional
Setelah Perang Dunia II Inggris kembali ke Myanmar.  Gerakan politik Myanmar yang dipimpin U Aung San diajak berunding tentang kemerdekaan Myanmar. Hadir sebagai arsitek yang baru ditemukan kemerdekaan Birma oleh mayoritas Burma, Aung San mampu menegosiasikan kesepakatan pada bulan Januari 1947 dengan Inggris, di mana Birma akan diberikan independensi total dari Inggris. Meskipun tokoh kontroversial untuk beberapa etnis minoritas , dia juga mengadakan pertemuan berkala dengan para pemimpin etnis di seluruh Birma dalam upaya untuk menciptakan rekonsiliasi dan persatuan untuk semua Burma. Sewaktu mengadakan sidang mempersiapkan kemerdekaan Myanmar, tiba-tiba segerombolan orang bersenjata masuk dan membunuh U Aung San. Ternyata gerombolan tersebut atas suruhan U Saw, sehingga U Saw akhirnya dihukum mati.  U Aung San diganti salah seorang kabinetnya yaitu U Nu dan pada tanggal 4  Januari  1948 kemerdekaan Burma diproklamasikan.

2.6 Keadaan Burma Setelah Kemerdekaan
Selama sepuluh tahun berikutnya, pemerintah Birma fledging demokratis itu terus menerus ditantang oleh kelompok komunis dan etnis yang merasa kurang terwakili dalam konstitusi 1948. Periode perang sipil kerap terjadi antar etnis. Meskipun konstitusi menyatakan bahwa negara-negara minoritas bisa diberikan beberapa tingkat kemandirian dalam sepuluh tahun, namun hal itu tidak pernah terwujud. U Nu yang memimpin saat itu berhasil digulingkan oleh kudeta dari Jenderal Ne Win pada tahun 1958 dengan alasan "memulihkan hukum dan ketertiban". Ne Win memerintah dengan cara diktator, ia menerapkan politik isolasi yaitu Burma tertutup untuk dunia luar.
Pemerintahan yang dijalankan oleh Ne Win membuat banyak pergolakan di kalangan rakyat Burma. Sehingga pada tahun 1988 timbul kerusuhan yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. Ia adalah anak dari Aung San, tokoh kemerdekaan Burma. Di bawah bujukan mahasiswa dan orang-orang yang menentang rezim Ne Win, Aung San Suu Kyi dan rekan-rekannya yang berpikiran sama mendirikan Nasional League for Demokracy (NLD). Perkumpulan ini menyebar luas cukup cepat. Namun Ne Win yang mengetahui hal itu segera mengambil tindakan yaitu pada tanggal 18 September 1988 Ne Win menyerahkan kontrol negara kepada anggota PP-19 dan Ketertiban Restorasi Council (SLORC) dan diikuti tindakan kekerasan kepada semua pihak yang menentangnya terutama NLD.
Meskipun berkomitmen untuk melakukan protes non-kekerasan, tetap saja Aung San Suu Kyi dikenakan tahanan rumah pada bulan Juli 1989 dengan alasan untuk "membahayakan negara" selama enam bulan. Semua tindakan yang dilakukan oleh SLORC membuat citranya jelek dimata masyarakat dan negara-negara asing. Untuk mengatasi hal itu SLORC pada tanggal 27 Mei 1990 mengadakan pemilu multi-partai. Namun tetap saja penindasan parah tetap dilakukan SLORC terhadap anggota partai oposisi  dan kurangnya kebebasan berekspresi di seluruh negeri. Suu Kyi dari pihak NLD menyapu kemenangan dengan 82% suara. SLORC yang terkejut atas hasil tersebut, sontak marah dan menolak untuk mengakui hasil pemilu dan tetap mempertahankan kekuasannya.
Mengenai perubahan nama Burma menjadi Myanmar dilakukan pada tanggal tanggal 18 Juni 1989 oleh pemerintahan junta militer. Perubahan nama ini terkait dengan alasan agar etnis non-Burma merasa menjadi bagian dari negara. Walaupun begitu, perubahan nama ini tidak sepenuhnya diadopsi oleh dunia internasional. Beberapa negara Eropa seperti Inggris dan Irlandia yang tidak mengakui legitimasi kekuasaan junta militer tetap menggunakan "Burma" untuk merujuk kepada negara tersebut. Namun PBB, yang mengakui hak negara untuk menentukan nama negaranya,tetap mengakui dengan menggunakan nama Myanmar. Selain itu juga pemerintahan Junta militer mengubah nama Rangoon menjadi Yangon dan Pada tanggal 7 November 2005, pemerintah membangun ibu kota baru, bernama Naypyidaw.
























BAB 3
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
1. Awal Kedatangan Bangsa Eropa diawalai adanya persaingan kekuasaan dan perdagangan di negera-negara Eropa seperti Prancis, Portugis, Spanyol, Belandan dan Inggris. Inggris mendapat kesempatan baik untuk menanamkan kedudukannya di Burma ketika mendapatkan izin dari raja Alaungpaya mengangkat dirinya sebagai raja di Ava padd tahun 1753-1760. Inggris mendapatkan tempat tinggal di Nacrais dan Bassein. Dengan bantuan Inggris Alaungpaya berhasil menguasai seluruh Burma. Tujuan Inggris membantu Alaungpaya waktu itu adalah untuk mengkonsolidir Burma sebagai rintangan terhadap ekspansi Perancis dari Indo Cina ke barat. 1635 Belanda telah mendirikan vektory dagang di Syiriam dan mulai mengadakan monopoli dagang di daerah tersebut.
 Belanda dipandang berhasil dalam mencari keuntungan di Burma, maka Inggris mengikuti jejak Belanda dengan mendirikan Victory dagang di Syiriam (1647) yaitu EEIC. Namun, karena Inggris tidak mampu bersaing dengan Belanda, maka usaha dagang tersebut tahun 1657 ditutup. Sementara itu, di Burma sendiri banyak terjadi kekacauan baik masalah perebutan kekuasaan, terjadinya pemberontakan bangsa Mon maupun perlawanan terhadap kedatangan orang-orang asing seperti Belanda dan Inggris ke Burma.
2. Imperialisme Inggris di Burma awalnya diawali oleh kedudukan Belanda yang sudah mendirikan Victory dagang Syria, namun karna kedudukan Belanda di Indonesia sudah mempunyai Negara jajahan sendiri yakni Indonesia maka Belanda melepaskan Burma sebagai Negara jajahan Inggris.
3. Perkembangan nasionalisme Burma mulai kelihatan setelah Perang Dunia I, terutama setelah Inggris memisahkan Burma dari konstitusi India (Inggris). PD I  cukup  menggoncangkan Burma  dan  segera  mendorong  lahirnya  kesadaran politik yang lebih nasionalistis. Karena  berhasil mempengaruhi  publik, maka  kaum  nasionalis memperoleh kemenangan  setelah  diadakan  pemungutan  suara.  Untuk  membalas  sikap  kaum nasionalis  itu,  Inggris melaksanakan memorandum untuk memilih pemisahan atau tetap  bersatu dengan  India.  Setelah  kaum nasionalis  gagal membujuk  Inggris  agar menyetujui  dimasukkannya  Myanmar  untuk  sementara  di  dalam  federasi  India dengan hak mengundurkan diri, akhirnya menyetujui pemisahan (1935), mengundurkan diri, akhirnya menyetujui pemisahan (1935).





















DAFTAR PUSTAKA

Hall, D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional
Sumarjono. 2007. Sejarah Asia Tenggara II. Jember: belum diterbitkan
http://luarnegeri.wordpress.com/2007/09/30/myanmar-sejarah-itu-belum-selesai-dicatat/
http://andhykadmnonblog.blogspot.com/2009/07/hubungan-sipil-dan-militer-di-     myanmar.html
http://abusalma.wordpress.com/2007/10/25/sisi-gelap-burma/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi para pembaca,,,, jangan lupa ya,,, comentnya,,,,,