BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Kapitalisme
Pengertian
Kapitalisme adalah suatu sistem perekonomian yang menekankan peran kapital
(modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang
digunakan dalam produksi barang lainnya (Bagus, 1996).
Ebenstein (1990) menyebut kapitalisme
sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian.
Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari gerakan
individualisme. Sedangkan Hayek (1978) memandang kapitalisme sebagai perwujudan
liberalisme dalam ekonomi. Pengertian Kapitalisme Menurut Ayn Rand (1970),
kapitalisme adalah "a social system based on the recognition of individual
rights, including property rights, in which all property is privately
owned". (Suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-hak
individu, termasuk hak milik di mana semua pemilikan adalah milik privat).
Heilbroner (1991) secara dinamis
menyebut kapitalisme sebagai formasi sosial yang memiliki hakekat tertentu dan
logika yang historis-unik. Logika formasi sosial yang dimaksud mengacu pada
gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan dalam proses-proses kehidupan dan
konfigurasi-konfigurasi kelembagaan dari suatu masyarakat. Istilah
"formasi sosial" yang diperkenalkan oleh Karl Marx ini juga dipakai
oleh Jurgen Habermas. Dalam Legitimation Crisis (1988), Habermas menyebut
kapitalisme sebagai salah satu empat formasi sosial (primitif, tradisional,
kapitalisme, post-kapitalisme).
2.2 Perkembangan Kapitalisme di
Dunia
Sperti yang telah diungkapkan penulis
pada latar belakang sebelumnya bahwa Ekonomi kapitalis berawal di Inggris di
antara kurun ke-16 Masehi dan 19 Masehi. Walau bagaimanapun telah wujud
ciri-ciri kapitalis sejak dulu lain terutamanya di kalangan saudagar Zaman
Pertengahan.
Kapitalisme
menjadi dominan di Barat semenjak berakhirnya era Feodalisme. Dari Inggris,
kapitalisme merebak ke seluruh Eropa dan pada abad ke-19 dan 20, ia adalah
sistem ekonomi utama di dunia yang memacu era perindustrian.
Golongan Kapitalis terdapat perbagai
label untuk penyokong sistem kapitalisme. Di beberapa bagian di dunia, mereka
dikenali sebagai liberal. Di Amerika Syarikat dan beberapa tempat, mereka yang
menyokong kapitalisme dipanggil libertarian. Mereka yang menyokong kapitalisme
juga mempunyai perbedaan pendapat. Kebanyakan orang bersetuju bahawa
kapitalisme akan berfungsi dengan baik dengan kawalan kerajaan. Di kebanyakan
negara, kerajaan berusaha mengurus niaga jual beli agar berjalan dengan adil
dan tidak menindas pekerja. Apabila terdapat campur tangan kerajaan dalam sistem
ekonomi pasaran, ini dipanggil "ekonomi campuran" dan bukannya sistem
kapitalisme yang tulen.
Kritikan terhadap kapitalisme Golongan
sosialis dan komunis adalah antara mereka yang menentang kapitalisme. Mereka
mengatakan kapitalisme menjejaskan golongan pekerja kerana golongan kapitalis
mendapat lebih banyak keuntungan sedangkan golongan pekerja mendapat gaji yang
tidak setimpal. Wujudnya jurang yang luas kaya dan miskin serta mereka yang
miskin dan bertambah miskin. Karl Marx seorang pemikir komunis dari German
dalam bukunya Das Kapital (The Capital) menulis bahawa kapitalisme hanya dapat
disingkirkan apabila golongan pekerja mengambil alih kerajaan melalui revolusi.
ciri-ciri
Kapitalisme:
1.Sebagian
besar sarana produksi dan distribusi dimiliki oleh individu.
2.Barang
dan jasa diperdagangkan di pasar bebas (free market) yang bersifat kompetitif.
3.modal
kapitali (baik uang maupun kekayaan lain) diinvestasikan ke dalam berbagai
usaha untuk menghasilkan laba (profit).
2.3 Perkembangan Kapitalisme di
Indonesia
Kapitalisme di Indonesia tidak
dilahirkan oleh cara-cara produksi bumiputra yang menurut kemauan alam. Ia
adalah perkakas asing yang dipergunakan untuk kepentingan asing yang dengan
kekerasan mendesak sistem produksi bumiputra. Bila kita perhatikan perkembangan
kapitalisme di Eropa dan Amerika, nyatalah pada kita bahwa cara produksi yang
tua berturut-turut digantikan oleh yang muda. Biasanya kejadian itu tidak
tampak jelas, tetapi adakalanya cepat sehingga cukup jelas. Kejadian yang
belakangan ini ialah oleh adanya pendapatan-pendapatan baru. Biar bagaimanapun
keadaan saat itu, ia adalah kemajuan menurut alam, sebab tenaga yang
mendorongkan pada kemajuan itu ada di dalam genggaman masyarakat di Eropa dan
Amerika sendiri. Sebagaimana yang telah kita tunjukkan, kemajuan industri di
setiap negeri sejajar dengan timbulnya kota-kota yang mengeluarkan terutama
barang-barang industri seperti barang-barang besi, perkakas pertanian,
obat-obatan dan lain-lain. Desa-desa mengeluarkan beras, sayur-mayur, binatang
ternak, susu dan lain-lain. Barang-barang kota yang berlebih — yakni barang itu
dipandang penduduk kota sebagai keperluan hidupnya ditukarkan dengan barang-barang
desa yang berlebih itu.
Di Amerika pada waktu yang biasa
seperti pada tahun 1913, selagi negeri ini terpencil dan kurang imperialistis,
seperti sekarang ini, boleh dikatakan sama besarnya perbandingan antara
barang-barang industri dengan pertanian (harga pasar antara kedua barang itu
hampir sama). Jadi dalam pemandangan ekonomi kota memenuhi keperluan desa, desa
memenuhi keperluan kota. Di Indonesia sebagai akibat kemajuan ekonomi yang
tidak teratur sebagaimana mestinya, tidak seperti di atas keadaannya. Kota-kota
kita tak dapat dianggap sebagai konsentrasi dari teknik, industri, dan
penduduk. Ia tak menghasilkan barang-barang baik untuk desa maupun untuk
perdagangan luar negeri, dari kapitalis-kapitalis bumiputra. Mesin-mesin
pertanian, keperluan rumah tangga, bahan-bahan untuk pakaian dan lain-lain
tidak dibuat di Indonesia, tetapi didatangkan dari luar negeri oleh badan-badan
perdagangan imperialistis. Desa-desa kita tak menghasilkan barang kebutuhan untuk
kota-kota, karena untuk mereka sendiri pun tak mencukupi. Beras misalnya,
makanan rakyat yang terutama mesti didatangkan dari luar, di tahun 1921 seharga
f 114,160,000, meskipun bangsa kita umumnya sangat pandai mengerjakan tanahnya
dan semua syarat untuk menghasilkan beras bagi keperluan sendiri bahkan dapat
pula mengeluarkan berasnya yang berlebih. Desa-desa kita mengeluarkan gula,
karet, teh, dan lain-lain barang perdagangan yang mengayakan saudagar asing,
tetapi memiskinkan dan memelaratkan kaum tarsi; kota-kota kita bukanlah menjadi
pusat ekonomi bangsa Indonesia, tetapi terus-terusan menjadi sumber ekonomi
yang mengalirkan keuntungan untuk setan-setan uang luar negeri. Bahan yang
menyebabkan kapitalisme bukanlah Indonesia — mengingat riwayat negeri kita yang
tersebut di atas — teranglah bagi kita.
Sudah kita lihat bahwa politik
perampok bangsa Belanda, memusnahkan sekalian benih-benih industri bumiputra
yang modern. Hongi-hongi cultuur stelsel, monopoli stelsel dan gencetan pajak
yang tak ada ampunnya. Dan pemasukan saudagar-saudagar Tionghoa yang teratur di
zaman Kompeni Timur Jauh (VOC) menghancurluluhkan sekalian alat-alat sosial
ekonomi dan teknik nasional yang kuat. Jika sekiranya bangsa Indonesia tidak
dirampok, dan mempunyai kepandaian teknik, serta dipengaruhi oleh orang asing,
tentulah orang Indonesia ada kesempatan untuk memenuhi kemauan alam. Boleh jadi
dengan secara damai (seperti di Jepang) atau dengan perantara pemboikotan
nasional (seperti di India) kaum menengah Indonesia atau Indo dengan jalan
mengumpulkan kapital nasional mendirikan industri untuk memenuhi kebutuhan
nasional seperti tenun besi.
2.4 Pendapat Penulis Tentang Kapitalisme
Demikianlah, kapital Indonesia timbul
dengan teratur pula antara lapisan-lapisan sosial Indonesia dan mempunyai
perhubungan yang teratur. Saudagar Indonesia yang dulu kecil sekarang sudah
menjadi bankir atau mengepalai perusahaan yang besar-besar. Penempa besi,
tukang tukang gula, saudagar batik yang dulu kecil menjadi pemimpin industri
logam, gula atau tenun. Tetapi imperialisme Belanda dalam 300 tahun tak
meningkatkan apa pun untuk bangsa Indonesia, semua habis diangkut ke negerinya.
Ia memuntahkan kapitalisme kolonial Belanda yang tidak ada duanya di dunia.
Maju ke dalam perjuangaan ekonomi melawan raksasa asing, dengan maksud
meningkatkan industri nasional sama dengan "menjaring angin".
Meskipun penuh susah payah Indonesia
membangun peradabannya, namun perlulah berterimakasih atas munculnya paham
Kapitalisme yang awalnya berkembang di Eropa dan disebarkan ke Dunia Timur.
Kapitalisme yang pada awalnya memang menyengsarakan, tapi tanpa kapitalisme
tidak akan adaa pengusaha-pengusaha sukses di Indoensia, maka Kapitalisme
adalah penyeimbang adanya Liberalisme yang bisa menghancurkan Negaraa. Tidak
perlulah kita menghapuskan paham Kapitalisme, kaarena semua itu adalah
sistem-sistem penyeimbang bagi perkembangan peradaban manusia dan tatanannya.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses
pada tgl 07-10-2014