Selasa, 04 Juni 2013

Saradigma Senandung Cinta,,,,



“Lubang tak bertuah”
            Mata itu sayup, saat aku berusaha mengingatnya. Tapi dia entah bagaiamana menatapku saat ini. Menatapku yang benar telah melupakan segala cerita yang terjadi antara aku dengannya. Aku tak bisa berbohong jika bekas rasa bahagia ini masih tetap lekat dalam hati, bahkan dalam benak tak sedikitpun memory ini ingin melupakannya,,,tapi aku ingin lupa kepadanya, karena ada orang lain yang telah menunggu perasaan ini untuk tak lagi dibagi.
            Seperti biasa dan seperti malam-malam yang sama, aku selalu menatap ribuan bintang dari balik jendela. Berharap salah satu diantaranya menyinggahiku dengan sinar yang paling terang. Tapi semakin larut, semakin pula semerbak wangi hujan mnyerka diantara dingin malam yang tak lagi sepoi, hanya kadang semilir ini selalu mengundang pertanyaan yang sama, pertanyaan jika cinta itu tak bisa diabaikan, walau secuilnya telah menjadi perih.
            Saat ku toleh kak Aus yang sedang sibuk dengan kertas-kertas diatas mejanya, aku selalu merasakan penyesalan yang dalam kepadanya. Tapi bagaimana lagi jika memang perasaan ini masih tak luluh kepadanya, aku tahu pasti sakit jika cinta hanya separuh dimiliki, tapi aku tak bisa mengelak pada takdir yang memang membuatnya begini.
            Aku menyapanya dengan nama Deo, padahal tak ada yang berani memanggil namanya seperti itu. Tapi setiap kali mata sayup itu mulai disapa, seakan hanya mampu diam dalam bisunya kata-katanya. Aku tak bisa mengerti dengannya, mengapa sikapnya selalu berbeda kepadaku. Sikapnya penuh kehangatan, penuh keramahan, dan penuh dengan perhatian.  Namun aku tak menyadari jika apa yang ia berikan padaku adalah perasaan cinta seutuhnya, yang tak bisa aku berikan seutuhnya pula kepadanya, hingga saat ini.

 
            Namun entah bagaimana, waktulah yang telah memberikan jawaban kepadanya, jika aku sanggup merangkai kisah dalam hidupnya. Merangkai setiap kisah indah saat kita berdua bersama. Hingga perasaan biasaku kepadanya menjadi cinta yang sungguh lapuk termakan waktu.
            Awalnya hubungan kami tidak ada satupun yang tak menyetujuinya, bahkan masing-masing keluarga kami mengatakan sepakat untuk menikahkan kami berdua secepatnya. Yah,,,tentu rasa bahagia selalu berselimut menyambut datangnya hari yang mengesankan itu bagiku. Dia adalah seorang insinyur pertanian di bogor, sedangkan aku dengannya bertemu saat kami masih duduk di bangku SMA, karna dia adalah temanku. Namun lama,,,aku tak pernah berhubngan lagi dengannya, karena saat akan masuk perguruan tinggi, keluarganya pindah ke Surabaya, aku hanya teman biasa dengannya, aku merasa tak ada yang istimewa yang bisa aku sukai dari seorang anak SMA yang seringkali membuat papan absesi penuh.
            Namun entah bagaimana kami dipertemukan lagi saat kami sama-sama bekerja di pusat agrokultural di Bogor. Dan dia yang mampu meluluhkan segala ketidak istimewaannya menjadi magnet yang setiap saat menjadikan rubik dalam hati ini. Namun dua tahun setelah aku di Bogor, aku meminta pindah tugaskan kembali ke Surakarta, tempat tinggalku sejak dulu, dan kebetulan saat itu memang di Surakarta membutuhkan tenagaku.
            Dan setahun kemudian, dia bersama ibunya kembali ke Surakarta ke tempat tinggalnya yang dulu. Hal itu ia lakukan juga untuk mempererat hubungan ini, hubungan yang saling mengharap bisa sampai ke pelaminan.
            Hingga datang dimana hari saat dia dan keluarganya datang kerumah untuk memintaku. Lamaran yang memang ia siapkan untuk memberi kejutan yang manis. Memang awalnya sungguh manis, namun tak lama ketika orangtua kami membicarakan tanggal pernikahan, semua kisah manis selama tiga tahun haruslah di hapus dan disimpan dalam-dalam tanpa seorangpun yang tahu jika hubungan kami harus berakhir dengan cara yang tak pernah mungkin orang perhitungkan sebelumnya.
            “sepertinya tidak bisa, jika mereka berdua menikah,,,,,” cetus seorang wali yang biasa memperhitungkan tanggal lahir(weton), seseorang yang akan menikah,,,,,”lagi pula Rena anak ketiga sedangkan, nak Deo anak pertama, jadi menurut pehitungan jawa mereka tidak bisa menikah,,,, jika terus dilanjutkan maka, salah satu orang tua merekaa kan meninggal dan rejeki jauh,,, dari kehidupan pernikahan mereka,,,,,” ujarnya lagi,,, menegaskan,,,
            “apa ndak bisa di hitunglagi pak?,,, atau mungkin harus melengkapi syarat apa supaya pernikahan bisa terlaksana,,,,,,,,,,,,” ujar ibuku masih berharap,,,,
“wah,,,,soal itu bukan soal syarat,,, tapi memang sudah ketentuannya begitu,,,alangkah baiknya jika pernikahan ini di akhiri saja,,,,,,, banyak kejadian orang-orang yang tetap meneruskan pernikahan walau mereka tidak cocok dan malah menimbulkan bencana yang lebih besar,,,,,,”
“tapi pak,,,yang namanya manusiakan pasti mati,, lalu apa yaang harus dipersoalkan?,,,, sebagai seorang muslim kita sudah di jamin bahwasannya jodoh, rejeki, maut sudah ada yang mengatur yakni Allah,,,” ujarku yang masih tak menerima,,,,,,
“iya,,,lagipula zaman sudah berubah,,,untuk apa kita masih mempertahankan tradisi yang belum tentu benarnnya,,,, iyakan bu,,,?” ujar Deo pada ibunya,,,,., yang dilihatnya sedari tadi hanya terdiam tak berkomentar...........
Semua terdiam menunggu jawaban iya dari ibu Deo,,,,  namun penantian itu harusnya jadi tamparan keras bagi semua orang yang sedang duduk menunggu hari bahagia itu.
“sudahlah jika memang tidak bisa, ,,,, jangan diteruskan saja,,, saya bukan membenarkan ,, tapi hanya ingin menghindari. Saya tahu jika yang berkehendak itu Allah,,, tapi kita juga diperingatkan untuk tidak menjadi keledai dan belajar dari pengalaman....” ujar ibunya yang sentak membuat semua kembali berbisik tak mungkin,,,,, apalagi untuk rena dan deo,,,,, mana mungkin pernikahan harus batal hanya karena mitos jawa yang tak tahu benar tidaknya.
“ibu,,,kenapa ibu masih percaya dengan hal-hal seperti itu,,,,,kita sudah hidup pada zaman yang berbeda jadi tolong jangan persulit semua hal ini ...........” ujar deo menegaskan,,,,
“iya bu,,,,,lagipula kita tidak seharusnya berfikir demikan,,,,,, karena itu hanya mitos,,,, jika pernikahan diteruskan dan ada salahsatu orangtua yang meninggal karenanya,,, itu bukan disebabkan karena pernikahan,,, tapi karena orangtua itu terlalu berfikir hingga diluar batasnya,,,” ujarku,,,, lagi....,,,
“sudah-sudah jika memang tak bisa,,, lebih baik akhiri saja,,,,, untuk apa berdebat seperti ini,,,jika pada akhirnyapun tak ada ujungnya,,,,,,,,, tapi jika memang tuhan menakdirkan,,,, ibu percaya rena,,,, jika kalian akan bersanding,,,,” ujar ibuku,,,,,, seakan ia juga merasa kesal dengan ibu kak deo yang mempermasalahkan hal kecil.......
“ibu,,,,” ujarku tak percaya...
“sudahlah rena ,,, ibu selalu menurut kepadamu,,,,tapi kali ini ibu mohon tolong dengarkan ibu,,,,,,”,,,
Malam ini entah bagaimana,,,,, sayup-sayup angin seakan mengerti maksud hati yang tak bisa berbisik,, telah lirih jika terpejam dalam daulat yang tak akan berhenti miminta. Seakan rajutan rasa yang pernah aku mulai ,,, jadi pudar dan tak berbentuk. Aku telah terperanjat dalam larung,,,,, air mata kembali menjadi sekat yang terdalam dalam kasih yang tak pernah aku minta dan aku fikir. Rasa tak menerima masih membekas dalam siluet-siluet hati. Haruskah berakhir menjadi lara dan duka seperti ini.
“ibu,,,,,aku harus bagaimana?,,,,,,,apa aku harus meninggalkan mas deo hanya karna aku anak ketiga dan mas deo anak pertama,,,,?......lalu bagaiman aku nanti,,,,,hanya dia yang aku inginkan untuk jodohku ibu,,,” aku masih menyeka air mata yang terus bergulir,,, dipangkuan ibuku,,,,,ibukupun begitu aku merasakan tetesan air matanya jatuh membasahi bajuku,,,,namun seakan ibu menutupinya,,,,,,
“sudahlah anakku,,,ibu yakin kalau memang kalian berjodoh,,,,,,pasti kalian akan bersanding,,,,,, ibu hanya pesan bersabarlah ini mungkin cobaan,,,, mungkin juga ibu deo hanya emosi,,,,bersabarlah mungkin esok akan kembali luluh lagi,,,,,” ujar ibuku lagi meranggas menahan air matanya untuh berjatuhan ,,,,,,

“terimakasih ibu,,,,,ibu telah membuatku tenang,,,,,setidaknya masih ada esok dan lusa untuk meminta restu pada ibu mas deo,,,” aku kembali tersenyum,,,,senyum terakhir untuk bermimpi bahagia tentang hari pernikahanku esok,,,,,tapi entahlah,,,ini mungkin jalan yang telah tuhan gariskan untukku. 
***
Pagi itu tepat sehari setelah malam yang panjang dan menyakitkan datang menghampiriku, kak deo datang menemuiku. Mata sayupnya masih menandakan ketulusan dan perasaan hangat yang sama ia berikan kepadaku. Tentu aku dan ibu menyambutnya ramah,,, berharap kak deo membawa kabar bahagia untuk kami sekeluarga dengar. Ia parkir motornya tepat di bawah pohon mangga. Ia tersenyum berjalan kearahku.
“assalamualaikum,,,,,” ujarnya lirih seakan berbisik,,,,,
“waalaikumsalam,,,,” ujar ibu mendahuluiku yang masih tertegun,,,,,,,,,,,
Kami beranjak masuk ke dalam rumah,,,,untuk mempertegas maksud kedatangannya,,,,, perlahan tapi ia berusaha tenang,,,seakan membendung resah yang menjadi beban yang berat dalam waktu yang cukup singkat.
“rena,,,,ibu,,,,,aku sudah tidak tahu lagi harus darimana memulai mengatakannya,,,, sudah semalaman sejak pulang darisini aku mengajak ibu berunding,,,,,namun aku mohon maaf,,,, karena aku yang lemah ini tak kuasa memberi jawaban yang menjadi kehendakku,,,,,,,, ibu benar-benar tak menyetujui pernikahan ini,,,,,, tapi jika ibu dan rena masih yakin untuk meneruskan pernikahan ini,,,maka akupun akan yakin,,,,,,,” ujar kak deo terbata-bata ,,,,,,,
Aku kembali menyeka air mataku,,,aku maasih tak mengerti,,, keyakinanku mulai memudar, harapanku mulai kosong,,, aku tak sanggup lagi mengutarakan maksud hati yang serasa tersedak di tenggorokan  ini, namun ibu,,,ia mulai memahami maksud hati ini.
“tidak nak deo,,,,, ibu tahu jika ibu tidak mengizinkan kalian untuk menikah,,, pasti hati kalian akan hancur,,,,, namun jika ibu memberikan izin maka ibu nak deo juga akan cepat menua,,,karena bingung memikirkan anaknya yang tak berbakti lagi ,,,,,,, seorang ibu manapaun pasti tidak ada yang ingin anaknya tidak bahagia,,,, mungkin saja belum takdirnya untuk kalian berjodoh,,,,,,ikhlaskan saja semua ini,,, pasti nanti kalian juga akan bertemu dengan jodoh,,,, namun jika memang kalian masih berjodoh ibu yakin kalian akan dipertemukan kembali” pernyataan ibuku,,,mungkin telah jadi jawaban yang pasti jika memang kita tak lagi bisa berjodoh.
“iya,,,,, aku tahu pasti jawaban yang aku dapat seperti ini,,,, namun waktu yang lama selama aku bersama rena,,,, tidak akan pernah terlupa dalam hidup ini,,,,, rena satu hal yang ingin aku minta kepadamu hanyalah,,,jika nanti engkau telah bertemu dengan jodohmu,,,jangan pernah lupa untuk menitipkan selembar saja undangan pernikahan itu untukku,,,,,, aku akan menikah setelah engkau menikah terlebih dulu,,,, itu janjiku rena,,,,,terima kasih atas segala hal yang memang harus berakhir dengan cara yang singkat dan sungguh luar biasa ini,,,,,,” ujarnya kembali terbata-bata oleh tetesan airmata.
“kak ,,,,,, rena juga manusia biasa,,,,,, harapan rena hanya ingin melihat kakak bahagia,,,, jika harus diakhiri,,, dengan segala kelapangan hati rena, rena ikhlas menerima ini,,,,,”
Hari itu adalah akhir dari segala cerita indah yang ku bangun dengan kak deo,,, sekeping demi sekeping. Tak ada yang perlu disesali,,,semua hanya suara-suara sunyi yang mencoba membunuh hari-hariku tanpa kak deo.
Dan sebulan kemudian aku mendengar dari kak deo yang datang kerumah,,,, dia bilang dia ingin pindah ke Bogor bersama ibunya,,,,,
“rena,,,ibu....., ibu saya dengan segala penyesalannya,,,,meminta maaf  kepada ibu dan rena,, atas restu yang tak bisa ibu berikan,,,,saya berharap tak ada rasa dengki dan dendam kepada ibu saya,,,,,” ujarnya hari itu padaku,,,,, dia memang tak bisa aku harap lagi ,,,, tak ada lagi kisah yang bisa aku ceritakan tentangku bersama dia kepada ibu.
“baik-baik,,,,,ibu mengerti,,,dan renapun pasti juga mengerti,,,,sejak awal rena dengan lapang menerima ini semua,,,,,,,,,mungkin memang belum berjodoh,,,” ujar ibu menahan air matanya,,,,, aku tak bisa sembunyikan linangan air mata ini yang terus membasahi pipi. Tak ada kata pula yang bisa aku ucapkan kepadanya selain meninggalkan air mata untuknya.
Setelah hari itu akupun tak pernah berhubungan lagi dengannya, no ponselnya, jejaring sosialnyapun tak bisa aku lihat untuk ku hubungi, hubungan kami benar-benar berakhir. Sakit memang untuk mengakhiri segala hal yang pernah terjadi dengan cara yang sama sekali aku tak ingin mengerti. Terkadang aku tak bisa mengerti cinta yang telah terjalin panjang ini,,, ternyata harus berakhir pula,,, padahal tinggal selangkah lagi kami untuk melewatin kisah yang panjang.
***
Kak Aus kembali menyapaku,,,, kertas-kertas dimejanya telah rapi. Seakan ingin menyapa, namun masih sama,,,canggung dan segan untuk memulainya. Hingga akhirnya ia beranikan untuk menyapaku yang masih menatap kilauan bintang berhamburan bersama rembulan dilangit yang cerah malam ini.
“rena apa kamu sudah mengantuk,,,,aku antarkan ke kamar,,,,”
“tidak kak,,,,,biar saja aku masih ingin disini,,,jika kakak sudah mengantuk ,,,lebih baik kakak tidur lebih dulu,,,,,” ujarku,,,, kepadanya....
“tidak aku belum mengantuk,,,,,aku masih ingin disini,,,,,,, melihat bintang juga bersamamu,,,,,” ujarnya,,,,,,,,,
Aku tersenyum parau padanya,,,, kadang-kadang aku tak habis berfikir,,, dia begitu tulus menerimaku apa adanya,,,,meski kini aku telah lumpuh karena kecelakaan 3 bulan lalu.... belum lama memang,,,saat itu aku masih bertunangan dengannya. Aku kira karena aku lumpuh dia akan meniggalkanku ,,, namun mengapa,,,dia justru ingin menikahiku,,dia ingin menjagaku dan juga merawatku. Aku tak pernah meminta padanya,,,aku tahu dia tulus,,,sudah sering kali aku mengatakan, jika perasaanku kepadanya, tak bisa utuh,,,, tapi kerena kebesaran hatinya dia mau menerimaku apa-adanya. Aku telah menikah tepatnya 2 bulan lalu,,,setelah aku mengalami kecelakaan dan lumpuh. Dia telah memberi banyak kebahagiaan kepadaku,,tapi aku sedikitpun tak pernah membuatnya bahagia,,,,,bahkan malam yang indah untuknya, yang ia katakan hanya,,” bersama denganmu untuk menghabiskan malam-malam ini saja aku sudah bahagia,,, aku tak ingin menuntut apapun,,,,bahkan jika hatimu masih tetap untuk oranglain, akupun dengan kebesaran hati ini akan ikhlas menerima, asalkan aku bisa melihat senyum dan tawamu itu”,,,,,,
Ini sudah satu tahun aku tak pernah berhubungan lagi dengan kak deo,,,,walaupun dulu aku sempat berjanji,,jika aku menikah aku akan mengirim undangan padanya, namun sampai saat ini tak sempat aku tepati. Karena memang saat itu kecelakaan itu yang membuatku takut bertemu dengannya karena aku lumpuh. Entahlah hati kecilku, aku masih yakin dan masih berharap jika aku masih berjodoh dengnnya,,,walau disisiku sudah ada sesorang yang selalu setia mendampingiku,,,namun entahlah,,, Tuhan tahu segalanya.
Pagi ini seperti biasa aku membersihkan rumah dengan semampuku, sejak aku kecelakaan 3 bulan lalu,,,, aku tak lagi bekerja,,,,,untuk beraktivitas aku masih menggunakan kursi roda,,, jika terlalu sulit maka aku meminta bantuan ibu,yang tinggal serumah bersamaku. Tak lama ,,,, seseorang datang mengetuk pintu,,,,ibu bergegas untuk melihatnya. Aku masih sibuk dengan kemoceng di atas kaca meja yang setiap hari selalu berdebu, namun entah bagaimana, seseorang itu berdiri tepat dihadapanku, aku tentu terkejut, karna dia adalah kak deo,,,kak deo yang datang untuk menagih janjinya.
“kenapa harus begitu rena...?......rena yang kukenal aku rasa bukan seperti ini,,,,,” ujarnya seakan menepi rasa tak percayanya, aku masih terdiam,,,,perlahan menyeka air mata ini,,,,,
“kak,,,maafkan aku,,,,aku hanya takut untuk bertemu dengan kakak,,,karena aku telah lumpuh,,,,aku cacat kak,,,,,” ujarku tersedu,,,,
“maafkan aku juga rena,,,,harusnya aku bisa memahamimu,,, maafkan aku yang selalu datang dan pergi seenaknya sendiri,,,tapi kumohon jangan pernah benci aku,,,, aku hanya bisa berdoa dan berharap semoga kamu bisa berbahagia selalu....” ujarnya membuatku tersedu kembali,,,,,,
“kak,,,,aku juga berharap kakak selalu bahagia,,,,bahagia dengan wanita yang beruntung mendapatkan kakak....” ujarku lagi,,,,
Tak lama ia telah menghilang dari pandangan mata ini, namun ia meninggalkan sebuah cincin beserta surat kepadaku.

Dear
kamelia syahrena
assalamualaikum warrohmatuallah wabarakatu
dengan segala hormat dan kelapangan hati adik, mas hanya ingin meminta maaf kepada dek rena. Jodoh, rejeki,dan maut memang kita tak memiliki kehendak,,,,namun apapun yang pernah terjadi diantaraa kita mungkin sudah ditakdirkan olehnya. Hanya saja mas berpesan kepada dek rena untuk menjaga kesucian cinta seutuhnya pada suami adik. Jadilah istri sholehah kepada suamimu,,,,,
mas hanya menitipkan cincin yang adik inginkan saat kita pergi ke  kqlimantan 2 tahun silam,,,, saat kita bertugas bersama disana. Maaf kakak baru bisa memberikannya sekarang,,, kakak harap adik tidak pernah menyesali semua yang pernah terjadi.
Wassalamualaikum warohmatuallahi wabarokatu
Andrean Azhar
(kak Deo)
Kak deo selalu membuatku meneteskan air mata untuknya, tak bisakah dia yang menghapusnya untukku,,,, dia datang kepadaku seakan memberi harapan. Bahwa ia memang masih menungguku,,, tapi harus pada siapa aku meminta perasaan ini untuk dimengerti. Cinta memang laksana api,,bila dekat maka akan terbakar karena sulutnya, tapi cinta juga laksana air yang memberi damai.
Aku masih terdiam,,,bahkan serasa tak mengerti harus kuapakan cincin ini. Aku tahu aku telah memiliki suami,, tapi entah mengapa aku merasa tak pernah menganggapnya. Dia menyapa serasa aku tak ingin untuk disapanya,,, hatiku ini masih utuh untuk kak deo. Aku telah menggores luka dan menyayatnya perlahan,,,hingga sayatannya serasa tak bisa di rasakan. Andai boleh lebih baik kak aus meninggalkanku,,,daripada kak aus,,,, mendera luka karena aku.
Saat aku masih terdiam,,,, di depan jendela. Ibu datang dengan tergesa-gesa.
“rena,,,,,” ujar ibu sembari menangis terisak,,,,,,
“ada apa bu,,,,, kenapa menangis,,,,,?”,,,ujarku tak mengerti,,
“ibu mendengar  kabar dari ibu deo,,,, jika deo mengalami kecelakaan,,,,,,,,,, sekarang dia kritis dirumah sakit,,,,,,,” ujar ibuku yang membuatku terkejut tak mengerti,,,,,,
“maksud ibu,,, belum lama bukan kak deo datang kesini?,,,kecelakaan dimana bu...?” ujarku sembari terisak,,,,,
Entah darimana aku harus mengatakan,,, bergegas aku pergi kerumah sakit,,,, saat kulihat disana,,,,, kulihat ibu kak deo yang tersedu menangis. Aku tak tahu jika mereka pindah lagi ke solo.
“ibu,,,,,,,” ujarku pada ibu kak deo...
“rena,,,,,, andre rena,,,, ibu harus bagaimana,,,,” ujarnya tersedu-sedu di pangkuanku....
“sabar bu,,,,kak deo pasti kuat,,,dia pasti sanggup,,,,,,” ujarku...... tak lama aku beranjak dari kamar setelah melihat keadaan kak deo yang masih kritis,,, karena ponselku berdering,,, dan aku rasa itu dari kak Aus. Akupun bergegas mengangkatnya.
“hallo... assalamualaikum,,,,” ujarku,,,, namun saat ku terima itu bukan suara kak Aus.....
“waalaikumsalam,,,, mohon maaf apa benar ini istri dari pak firdaus,,,? “ ujarnya
“iya benar,,,ini siapa,,,”
“maaf bu,,,,kami dari kepolisian,,,,,,kami hanya memberi kabar jika pak firdaus mengalami kecelakaan dan jenazahnya sekarang berada di rumah sakit bhakti kasih surakarta,,,,” ujarnya yang sentak membuatku terkejut,,,,, air mata ini terus bergulir mendengarnya,,,,, bagaimana mungkin?,,, kak aus yang pagi tadi masih menyambutku dengan senyumnya yang ramah tiba-tiba dia sudah pergi untuk selama-lamanya....?” aku tak menyangka jika semua terjadi begitu saja,,,seakan mengakhiri jalan cerita hidupku bersama kak Aus,,, tapi mengapa harus dengan kematian,,,,, betapa dosanya aku yang tak pernah sempat memberikan kebahagiaan kepadanya.
“tak mungkin pak,,,,bagaimana kejadiannya,,,, ?” ujarku terisak lagi menatap kak Aus yang sudah terbujur kaku,,,dengan kain kafan,,,,,
“maaf ,,, kami sendiri tidak tahu persis,,,, hanya menurut beberapa saksi,,,,, mobil yang dikendarai pak Aus menabrak motor milik pak Andre yang sekarang juga sedang kritis...... sepertinya pak Firdaus tidak bisa mengendalikan mobilnya yang ia kendarai dengan kecepatan tinggi “ ujar polisi menjelaskan,,,,,,
Aku tak menyangka,,, takdir membawa hal cinta jadi seperti ini. Aku telah kehilangan kak Aus,, yang rasanya hanya aku sia-siakan saja. Aku memang ingin kak Aus meninggalkan aku,, tapi bukan berarti pergi untuk selama-lamanya. Sedangkan kak Deo hingga saat ini belum sadar dari komanya.
“rena maafkan ibu,,,, ibu tahu ibu adalah orang yang telah memisahkan takdir diantara kalian,,,, ibu janji, jika Andre sudah siuman ibu akn merestui pernikahan kalian yang dulu sempat tertunda,,, ibu tidak akan percaya lagi dengan hal-hal konyol..... maafkan ibu ya,,,, nak.... sebelumnya ibu juga ikut bersedih atas meninggalnya suami kamu ,,,,,,,,, ibu memang tak tahu diri jika lancang meminta kamu menjadi istri Andre,,,, setelah baru seminggu lalu suami kamu meninggal,,,,,,,,” ujar ibu kak deo......”tapi semua keputusan ada di tangan kamu rena,,,,,, ibu tidak akan melarang-larang lagi jika nyatanya memang kalian berjodoh,,,,” tambahnya lagi,,,,,,
 “entahlah bu,,,,, jujur saja perasaan saya memang masih utuh untuk kak deo,,,, tapi saya juga tak bisa begitu saja melupakan ketulusan kak Aus ,,,walau kini dia sudah tiddak ada,,,, mungkin saya akan fikirkan lagi setelah kak deo sadar dari komanya,,,,,,jika memang kami berjodoh,,,, tidak ada yang akan menghalanginya ,,,,, kecuali Allah,,,”
***
Aku kembali terperanjat dalam bimbang dan dilema,,,apa memang aku ditakdirkan untuk kak deo,,,,,,, namun aku semakin yakin jika kami memang berjodoh. Tapi aku juga tak kuasa menahan sulut diantara perasaan-perasaanku,,,aku tak bisa emngambil keputusan sendiri.
“bu aku harus bagaiman jika seperti ini,,,?,,, apa kau harus emnerima kak deo yang memang sangat aku cintai?,,, tapi bagaimana dengan keluarga kak Aus,,,, akankah mereka menerima pernikahanku dengan kak deo,,,, “
“semua keputusan memang ada di tangan kamu rena,,,,ibu rasa keluarga nak firdaus jugaa tidak akan keberatan,,, lagipula tidak ada anak yang menghalangi semua hubungan ini,,, namun alangkah lebih baik ,,,kamu meminta izin dulu kepada mertuamu atas niatan baik nak deo,,,,,,” saran ibuku,,,,,,
Atas saran ibu akupun meminta izin untuk menikah dengan kak deo,,,dan ddengan kelapangan hatinya beliau mengizinkan aku untuk menikah,,,,,namun haarus menunggu masa iddah. Lagipula kak deo juga baru siuman 2 hari lalu,,, mungkin juga sembari menunggu keadaannya pulih. Kabar baiknya juga adalah dokter mengatakan kepadaku,,,jika kemungkinan besar kakiku bisa pulih kembali asal aku mau melakukan terapi. Dan selama 2 bulan aku menjalani terapi,,,syukur alhamdulilah tak sampaai 2 bulan kakiku sudah bisa digunakan untuk berjalan lagi.
Aku tak menyangka semua terjadi seperti telah digariskan. Namun begitu lama tuhan mengui kesetiaan cinta kami,,,,, bahkan dengan keadaan yang sama sekali tak pernah aku inginkan. Aku juga tak tahu harus bagaimana menucapkan terima kasih kepada kak Aus yang telah tenang disana,,, kesabarannyaa, ketulusannya telah mengajarkanku banyakhal tentang cinta. Seperti cintanya kepadaku yang tak pernah sempat aku balas dengan kebaaikan dan kebahagiaan. Mungkin saja dia memang datang untuk menguji kesetiaan cinta.tapi aku juga tak tahu bagaiman lagi mengutarakan kebahagiaan ini,,,, .
Karena mimpi untuk menikah dengan kak Deo bukan lagi angan yang ada dalam benak untuk selalu terjaga. Namun sebuah kenyataan yang akan membuat jalan hidup kami lebih sempurna. Dan kisah manis yang kami rajut selama bertahun-tahun dulu bukan sekadar basa-basi lagi. Namun yang tak pernah kusangka hanyalah jalan cinta yang ditakdirkan tuhan begitu rumit dan menyesakkan.
The end
Inuyhaw irs ine
8-1-2013




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi para pembaca,,,, jangan lupa ya,,, comentnya,,,,,