Minggu, 14 Juli 2013

love story...


*Senja terbenam di paris van java*
Daun-daun berguguran tepat di depan wajahku, saat hendak ku sibakkan helaian benang di rambutku  yang mulai terhempas angin. Daun-daun ini malah semakin berjatuhan layaknya pohon menguning di musim gugur. Aku masih menikmati kesendirian, setelah separuh nafas ini terasa tak lagi ada dalam raga yang semakin mencibir. Aku tetap menyusuri trotoar kampus yang setiap hari tak pernah sepi , dengan orang-orang yang sibuk tak jelas apa maunya. Aku ingin kembali mengisahkan tentang seseorang yang telah jadi separuh nyawa dalam hidupku, namun aku tak tahu harus memulainya dengan kata apa. Dia , dia memang sulit untuk ku gambarkan. Bahkan aku tak pernah sebelumnya memikirkan bahwa dia adalah orang yang telah membuatku merubah dunia, seperti cinta yang selalu ku ingin untuk bisa membuatku berbeda. 

Dia adalah teman satu kampus dan satu kelas denganku, semester pertama aku masih belum terlalu mengenalnya, aku hanya sekadar tahu dia, namanya dan yah,,., sedikit tahu saja. Hingga di akhir semester, tepatnya satu bulan menjelang UAS, kakak seangkatan mengadakan OSPEK Prodi, mungkin bisa di bilang telat, karna itu sudah mulai memasuki minggu tenang untuk melaksanakan UAS. Entah bagaimana aku bisa sekelompok dengannya, rasanya aneh karna dia mungkin jika di lihat sekilas denganku, tak akan pernah sejalan dengan pemikiranku. Banyak yang bilang aku aneh, kadang aku sendiri tak tahu bagaimana mereka mengatakan aku aneh, bahkan hal itu sering membuatku jadi parno dan bertanya-tanya apa aku memang aneh. Tapi tidak, aku rasa ini memang diriku, mungkin ada beberapa hal yang harus aku perbaiki. Tapi satu hal bagiku, inilah aku dengan apa adanya, inilah aku yang memang begini.
Sehari menjelang hari-h, aku sibuk sendiri menyiapkan segala keperluan Ospek, walau memang bukan untukku saja. Hari itu dia datang ke kosku untuk menanyakan apa semua keperluan anggota kelompok sudah siap, kebetulan memang aku yang menyiapkan peralatan itu, walau tidak banyak karna yang lain sudah di siapkan masing-masing. Jujur saja awalnya sedikit merasa minder dengannya, karna aku mungkin tak sejalan dengannya.
“bagaimana?, apa ada yang perlu aku bantu?,,,,” ungkapnya tulus,,
“ehm,,,tidak terima kasih, ini aku sudah hampir selesaikan semuanya,,,,, kamu tak usah khawatir,,,”
“okey kalau begitu,,,kamu bisa diandalakan ,,,,”  ia lemparkan sebuah senyuman manis yang mulai membuatku berdesir penuh tanya,,,,
 Namun setelah hari Ospek itu aku mengenalnya lebih dari sebelumnya. Saat bersama-sama dia walau dengan anggota kelompok yang lain ada kesan yang sangat tak bisa aku lupa hingga saat ini. Yakni sebuah genggaman tangan yang erat, yang bagiku terasa dia sangat memberi perlindungan. Berulang-ulang tangan ini telah di genggamnya, walau awalnya aku sungguh risih. Namun ketika kakak-kakak pembimbing mengatakan hal itu harus di lakukan demi menjaga kekompakan dengan terpaksa untuk pertama kalinya, tangan ini di genggam oleh seorang laki-laki.
“sudah tak apa-apa, pegang saja tanganku,,, aku tak akan membiarkanmu jatuh,,,,,” ujarnya yang tak ingin membuatku ragu,,,, walau saat itu aku masih terdiam menatapnya seolah tak percaya padanya,,,,,
“mana tanganmu,,,,,,, jika kamu takut aku bisa kamu andalkan,,,,” ujarnya lagi meyakinkan...
          “baiklah,, trima kasih,,,” ujarku yang terus ingin menatapnya,,,,, dan hari itu aku mulai yakin untuk mengandalkan seseorang, selama ini aku tak sanggup percaya apalagi dengan seorang laki-laki. Rasanya sulit untuk membuka hati untuk laki-laki, bukan karna sebuah penghianatan, tapi karna aku masih takut di sapa sebuah cinta.
Perlu kalian tahu, selama enam tahun saat aku duduk di bangku SMP dan SMA, tak sekalipun aku mengenal seorang laki-laki. Karna dulu aku bersekolah di pesantren yang semua muridnya adalah perempuan. Tapi tidak masalah aku masih punya perasaan untuk laki-laki. Aku masih punya rasa cinta untuk seseorang.
 Hingga hari setelah Ospek itu usai, aku mulai akrab dengannya, bahkan sering kali aku bercanda, bertegur sapa, dan saling membalas senyum. Terasa ada sebuah perubahan yang begitu drastis aku rasakan tentang dia. Hingga semua yang ia lakukan kepadaku, ku artikan sebagai perasaan cinta. Cinta yang untuk pertama kalinya mencoba menyapaku, lewat senyum-senyum kecil.
“ehm,,,,,Ospek itu menyenangkan bukan?,,,,, ehm apa kamu masih ingat saat kakak-kakak angkatan 45 berteriak-teriak memintaku bergulung-gulung di rumput seperti latihan militer,,,” ungkapnya padaku,,,,, akupun masih diam tak menanggapi, karna aku yang tahu, begitu teringat langsung pengen tertawa.
“iya-iya tahu,,,aku tahu,, kamu lucu banget saat itu,,, apalagi saat kamu diminta untuk memeragakan cara menembak,,,, ehm sungguh aku saat itu tak bisa menahan tawa,,, hingga aku sendiri yang di bentak karna cengengesan ” ujarku sembari tak mampu menahan gelitik tawa saat mengingatnya,,,,,,,
“hahahahah ,,,, iya benar,,, apa kamu mau lagi ..?” tanyanya... seakan ia juga ingin mengulang hari itu....aku hanya terdiam tak menaggapinya.
***
Semakin hari aku dengannya semakin akrab , kadang kala hanya sekadar berbincang hal yang tak penting, hanya untuk menyunggingkan sebuah tawa kepadanya.........
 Hingga benar jika aku mengartikan perasaan itu adalah perasaan cinta. Aku tak bisa menolak memang di saat kata cinta itu mulai mengalun di atas bibir merahnya. Matanya yang seakan tak ada ragu memilihku, membuatku yakin bahwa ini adalah cinta yang tulus dari seseorang yang selama ini aku tunggu untuk mengatakan kata itu.
“entahlah aku tak tahu harus dari mana aku memulainya,,, tapi aku rasa kamu mengerti apa maksudku,,,” ujarnya lirih penuh kehati-hatian,,,,,,, aku terdiam,,, aku merasa tak mungkin karna aku tak bisa sejalan dengannya,,,,,
“tolong terima aku,,, aku tahu kita berbeda jika kita memang membuatnya berbeda,, tapi akan sama dan saling ada jika kita memang membuatnya seperti itu,,” ujarnya lagi meyakinkan....”kamu maukan jadi bagian dari sisi kehidupanku,,,,,aku seperti ini, jika kamu mau tolong terima aku dengan apa adanya aku,,,” tambahnya lagi,,,,
Kala itu tepat bulan desember menginjak semester tiga. Aku rasa tak ada alasan untuk menolaknya, karna memang itu yang aku harapkan.
“iya,,, aku menerima,, tapi aku mohon jangan pernah menuntut apapun dariku. Jangan lagi memegang tanganku seperti saat Ospek dulu,,,, jika aku bisa menerima kamu memang dengan apa adanya kamu,,, maka kamu juga harus begitu,,jangan meminta apapun dariku,,,,” itu adalah sebuah syarat yang aku minta darinya,,,, aku rasa tidak ada guna jika aku harus bermain-main. Jika memang dia serius harusnya dia mengerti.
***
Hubunganku dengannya masih sama  yakni baik-baik saja, walau kadang ada kerikil kecil yang seolah ingin menguatkan perasaan ini. Hubungan ini sudah berjalan hampir dua tahun.
Hingga datang suatu sore saat dia datang ke tempat kostku untuk mengajakku keluar menjenguk temannya di rumah sakit karna kecelakaan. Sore itu masihlah cerah, hanya mendung tipis yang berayun-ayun diantara guratan-guratan awan cirrus. Aku tak tahu sore itu lagaknya dia  berbeda,walau ia masih terus menebar senyumnya untukku. Terkadang aku tak bisa menebak dirinya dalam benakku, kadang kala dia penuh tanda tanya. Tanda tanya besar yang tak bisa aku mengerti, tapi itulah dia, dia yang mengajariku dan selalu mengatakan bahwa aku berharga. Bahkan tak ada yang sanggup membeliku dengan permata, bahkan pula dirinya. Kata-katanya yang selalu teringat adalah “sederhana dan apa adanya memang itu adalah kamu, tapi menghargai diri sendiri juga hal penting. Cantik bukan untuk orang lain tapi untuk diri sendiri” kata-kata itu memang sederhana, bahkan sederhana dan bersahaja saat dia yang mengatakannya padaku, seolah dia ingin mengatakan bahwa aku wanita yang sangat berharga.
“ehm,,,kamu ingin menunggu disini atau ikut ke dalam,,?” tanyanya,,
“lebih baik aku ikut ke dalam....., lagi pula aku sudah ada disini,,,” ujarku  meyakinkan,,,,
Saat itu aku tak tahu, teman yang mana yang mengalami kecelakaan. Saat aku bertanya dia hanya diam, diam baginya berarti akupun harus diam. Namun saat aku masuk ke dalam ruang itu, aku lihat seorang gadis yang terbaring lemas di atas ranjang, tangannya tertusuk jarum selang tempat infus di letakkan. Aku sedikit remang mengenalnya, seakan aku pernah melihatnya,,, dan saat ku ingat-ingat lagi, benar saja dia adalah seorang gadis lima tahun lalu di perlihatkan fotonya kepadaku. Dia adalah mantan kekasihnya, aku melangkah masih meragu belum pasti untuk tahu jawabnya, hanya diam saat kaki hampir mendekat di ranjangnya.
“trima kasih kak yohan, kakak mau datang menjengukku,,, trimakasih,,,”ujarnya penuh harap,,, dia yohan masih tersenyum menunjukkan sekelibat ramahnya,,,, namun aku masih terdiam ,,, tak tahu harus bagaimana.
“kak, apa ini pacar kakak,,,,” ujar gadis bermata sayup ini pada yohan,,,, yohan pun tersenyum kembali seolah menandakan kata iya,,,,
“kak kenalkan aku raya,,, maaf kak aku memang sengaja meminta kak yohan datang kemari,,,aku harap kakak jangan marah...”
Aku balas dengan sebuah senyuman berharap dia mengerti, bahwa aku tidak marah. Hanya saja aku tak mengerti. Sudah lama yohan tak pernah membicarakan soal raya, tapi mengapa hari ini jadi seperti ini.
Raya banyak berbincang, menceritakan kuliahnya, kampusnya bahkan sedikit mengulang kisah 5 tahun lalu, yohan hanya tersenyum menanggapi, kadang kala hanya menanggapi seperlunya. Dia pun banyak diam dan memandangku seolah dia ingin meyakinkanku bahwa tak ada apa-apa diantara mereka.
Kami berbincang cukup lama, mungkin sekitar satu jam lebih, hingga saat yohan ingin berpamitan. Tangan raya meraihnya erat, penuh pertanyaan dan penjelasan yang memang harus segera aku tahu. Aku bergegas keluar lebih dulu , berlagak seperti tak ada apa-apa dan tak tahu menahu soal itu. Tak lama yohan pun beranjak membuntutiku dari belakang. Wajahnya begitu penuh kata maaf, yang ingin ia cepat jelaskan kepadaku, sebelum itu ku sambut dengan senyum walau sedikit perih untuk mengingatnya.
“halifah, baiknya kita makan lebih dulu mumpung belum adzan maghrib.....” ajaknya,,, ramah...
“iya terserah kamu,,,,”
Tak lama kami sudah beranjak dari rumah sakit itu. Kami dudukdi sebuah rumah makan dan segera memesannya. Dia masih memandangku parau, penuh lekat-lekat. Aku hanya diam seakan taka ingin melihat sorot matanya.
“halifah,,,,entah bagaimana aku jelaskan, tapi kamu harus tahu, 2 bulan lalu ayah,ibu raya meninggal karna kecelakaan....saat itu aku masih sempat bertemu ayahnya di rumah sakit, dia berpesan untuk menjaga raya, karna tidak ada orang lain lagi yang bisa ia percaya selain aku, aku tahu aku salah karna aku tak jujur sejak awal,,,, dan untuk hari ini , aku minta maaf.. raya tidak mengalami kecelakaan,,, tapi kemarin dia mencoba bunuh diri,,,, dia kesepian...” jelasnya,, aku sedikit terkejut mendengar,, selebihnya aku merasa sakit karna 2 bulan ini dia tak berterus terang, pantas jika terkadang aku merasa ada yang berbeda dengannya,,,,,
“lalu apa 2 bulan itu kamu tidur di rumahnya,,,,?” tanyaku penuh selidik,,,,,
“tidak setiap hari, hanya aku menyempatkan 2 kali seminggu,,,,,untuk sekadar melihat raya,,, karna tidak hanya kali ini dia melakukan hal yang sama,,,, ini sudah yang ketiga kalinya,,,, hari ini aku juga ingin meminta sesuatu kepadamu,,,,,” ujarnya lirih,,,,, seakan berbisik
“orang tua raya dulunya adalah mafia narkoba,,,,,jujur aku baru tahu saat dia mengatakannya di rumah sakit,,,,,, tapi raya tidak pernah tahu soal itu,,,, tolong jangan pernah katakan apa-apa padanya, batinnya sudah cukup tersiksa karna kehilangan orang tua, belum lagi rasa sepi yang menelisik dalam hatinya,,,,,, bahkan 2 hari lalu dia mendapat teror dari gerbong narkoba yang di duga ada sangkut pautnya dengan kecelakaan itu. Dia cukup terkejut,,,dia sendiri justru tak tahu dengan hal tentang narkoba,,,,,,” dia terdiam menghela nafas paanjangnya ,,,saat kulihat raut wajahnya aku rasa dia cukup sesak menanggung beban,,,,, “masalahnya adalah polisi sedang mengusut kasus ini,,,,aku takut raya akan terbawa padahal dia tak tahu apa-apa.” Ujarnya lagi sembari menghela nafas. Aku masih diam,,,, diam lama tak meresponnya,,, hingga seorang pelayaan datang membawa hidangan kami,,,, yohan masih memandangku lekat-lekat seakan-akan ingin respons dariku,,,,,aku masih diam sembari menikmati hidangan yang seolah tak menghiraukannya,,,, lantas ia mulai membuka hening ini,,,,
“bagaimana?....” tanyanya....
“apanya yang bagaiamana?... harusnya aku marah kepadamu kau tahu kenapa?,,,kamu sudah tak jujur,,,,lalu sekarang kamu tanya bagaimana?.... dari ceritamu itu saja sudah membuatku takut,,,,bagaimana jika polisi mengusut dan mengatakan kamu adalah gerbong mafia narkoba itu...?” ujarku yang mulai meninggikan nada suara....
“halifah tolong tenang,,, untuk itu aku mengatakannya kepadamu,,,,, jika terjadi apa-apa denganku,,,, kamu masih percaya kepadaku itu cukup bagiku,,,,,,” ujarnya
“bagimu cukup,, lalu aku bagaimana?,,,” sahutku seakan tak terima,...
“halifah,,,tolong mengerti aku,,,aku pasti kembali,,,aku tak bisa begitu saja meninggalkan raya,,,,dia baru saja masuk kuliah,,,dia sudah kuangggap seperti adikku sendiri jadi tolonglah mengerti aku,,,,, mungkin setelah study tour ke Bandung aku akan mengambil cuti kuliah,,,,,,aku akan menyelesaikan semua ini secepatnya,,, sebelum polisi-polisi itu salah paham ,,,” ujarnya yang membuat dadaku rasanya sesak tak tenang....
Sesaat aku menyeka air  mata yang mulai bergulir di pipi ini. Entah bagaimana aku harus menanggapinya dia selalu membuatku merasa sesak, pahit dan lara. Tak bisakah dia mengerti aku, memang aku egois tapi bagaimana denganku,,,. Aku tak sanggup dia hilang walau hanya sesaat dari pandangan mata ini.
Suara adzan maghrib seakan memberi isyarat bahwa malam telah larut, tak ada lagi senja yang menggulirkan siluet oranye. Yang ada hanya keterdiaman yang entah bagaimana harus di selesaikan. Aku bergegas mengajaknya kembali ke kost, rasanya aku sudah tak sanggup untuk menghadapinya, sorotan matanya seakan masih ingin sebuah bongkahan harapan. Aku tahu mata itu telah meneduhkan, tapi aku diam tak tahu harus bagaimana.
“halifah tolong percaya.....aku tak bisa mencari sosok yang lain selain kamu,,, kamu sudah jadi bagian dari sisi hidupku,,,,,,,,,,” serunya meranggas,,,,,
Aku lantas masuk tak menghiraukannya, aku lelah bukan karna aku tak mau mengerti dia, tapi aku lelah karna aku tak bisa kehilangan dia, walau aku tahu dia tak akan mungkin mengingkari janjinya. Hanya sebuah singgungan senyum yang aku tujukan untuknya.
“tunggu aku 2 hari lagi” ujarku,,,,,,,,
***
Senandungku , tak pernah layu untuknya, dia yang telah memberi kesempatan kepadaku untuk mengerti hidup. Aku telah mengambil keputusan untuknya, aku tak bisa diam karnanya, hingga 2 hari itu yang terasa begitu cepat datang menyapa. Seakan ingin merubahku lagi.
“lebih baik kita berpisah, aku tak bisa seperti ini, lagi pula aku juga tak mau menyia-nyiakan tawaran pak ahmad,,,,untuk study banding ke jerman, aku rasa aku harus mengambil kesempatan itu,,, mungkin usai dari Bandung aku akan berangkat,,,, dan kita akhiri saja semua ini,,,,, kamu juga tak bisa menanggung sorang wanita,, jika masih ada aku selesaikan dulu tanggung jawab dan amanahmu,,,,walau kamu hanya menganggapnya seorang adik...” ujarku dalam sekaan air mata ....
“halifah,,, apa tidak ada jalan lain lagi,,, apa arti hubungan 2 tahun ini,, jika di akhiri dengan seperti ini,,,,”
“maaf yohan,,,,ini adalah keputusan terakhir dan jalan yang terbaik,,,,,,,,,,,,,,,” ujarku ......
“baik,,,,baik ini yang terbaik,,,,,,,,,,,,,”  sekali lagi ku sekakan air mata,,,aku tak sanggup melihat wajahnya,,,, senyum terakhirnya tak lagi bisa meluluhkan perasaan ini.
2 bulan kemudian............
Hari itu adalah hari terakhir aku bisa bertemu dengannya,  sudah 3 hari, prodi kami melaksanakan tuor ke bandung,,, bersama yang lain aku berkeliling kota bandung, tepatnya di gedung pemerintahan bandung gedung sate. Saat itu tepat pukul 4 sore, matahari belumlah menghilang dari pandangan mata,,,, datang sesosok yang sejujurnya masih sangat aku rindu dan aku harapkan. Dia berdiri tepat di hadapku, seakan menandakan jangan akhiri ini dengan cara seperti ini.
“halifah,,,apa benar lusa kamu jadi berangkat ke jerman,,,,, berapa lama?...... apa aku masih bisa menunggumu,,,,,,,,,,,” ujarnya penuh harap....
“entahlah,,,aku tidak tahu,,, dan pertanyaanmu tak ada yang bisa aku jawab,,,,jika sanggup aku tak meminta.....”
“halifah,,,,aku mohon ,,,, jika terjadi sesuatu denganku,,, kamu adalah orang pertama yang harus percaya ,,,,,, kepercayaanmu itu yang akan membuatku tegar,,,,esok aku sudah cuti kuliah,,, aku masih menunggumu,,,, “ ujarnya yang lantas  hilang dari pandangan mata,,,,,
Kala itu sudah pukul setengah enam sore,,,, senja telah terbenam di paris van java, seperti cintaku yang saat itu juga terbenam, dia di tangkap polisi yang menyelidiki kasus mafia narkoba, sepertinya dia memang sudah tahu,,,, sudah beberapa bulan memang polisi telah menyurigainya. Aku hanya mendengar kabar sekilas itu, rasanya aku tak ingin peduli,,, tapi hati kecilku masih percaya,,,, dia mampu mengatasi nama baik dan harga dirinya. Paris van java hanya tinggal kenangan terakhir senjaku bersamanya,,,, setelah itu aku memutuskan untuk pergi ke jerman,aku rasa jika dia memang masih sanggup menungguku dia pasti akan menungguku,,, meski hingga aku sendiri tak tahu kapan akan kembali. Namun  aku dengar sebulan lalu, tepatnya sebulan setelah aku pergi dia di bebaskan, karna memang dia tidak tahu-menahu soal mafia narkoba,,, hanya saja setelah itu aku tak tahu kabarnya,,, saat aku bertanya pada teman-teman kampusku tak ada yang tahu. Mereka hanya tahu jika yohan cuti satu tahun. Ada pula kabar angin yang mengatakan jika dia pergi keluar negeri dan menikah di sana, namun aku sendiri tak tahu negeri mana yang ia singgahi untuk menikah, karna aku hanya tahu negerinya adalah Indonesia.
Hingga kini 3 tahun ini aku usai menyelesaikan s2 di jerman, batang hidungnya pun belum aku lihat. Kadang aku menyeringai,,mana sanggup seorang lelaki hidup sendiri dan mau menunggu. Jangankan sebuah ikatan yang sudah berakhir, yang sudah menikahpun kadang juga masih berbuat serong.
Entahlah dimanapun dia berada aku masih menunggunya,,,, dan aku rasa guguran daun-daun ini juga mengerti nyanyian-nyanyian rindu untuknya, tak ada salah bila angin ikut semayatkan bisik-bisik kata cinta,,, atau mungkin memang dia masih belum tahu jika aku telah kembali,,,,kembali ke Aceh. Semoga saja dia lekas tahu,,, tahu jika aku masih menunggu janjinya.
the end
Inuyhaw Irs Ine
12-12-2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi para pembaca,,,, jangan lupa ya,,, comentnya,,,,,